Selasa, 11 Oktober 2011

Alangkah lucunya negeri ini

Pagi ini ku awali hariku melangkahkan kaki, berniat mencari setitik ilmu. Dan mengenali kejadian di sekitar yang setiap hari terulang.

Aku duduk bersama manusia renta dengan bingkisan yang katanya sayur asem dan sambal terasi, tangannya hanya tersisa kulit yang tak terurus, ada goresan sisa kecantikan jaman gadisnya. Katanya ia akan pergi kerumah putri sulungnya. tak lama ia meminta sopir menghentikan mikrolet, ia turun dan pergi dengan semangat membara aku melihat cinta dari dirinya.

Ku lempar pandangan ke luar jendela. Melihat sekelompok bocah berlarian mengejar bus sambil membawa gitar kecil butut. Tak tahan melihatnya. Aku kembali memejamkan mata. Melirik arloji kuning yang melingkar di tanganku. Tepat pukul 06.30

Mikrolet menuju pemberhentian akhir. Aku berjalan menelusuri. Aspal berlubang, melewati pedagang asongan bergigi kuning, bercampur keringat namun tetap tersenyum.

Aku memasuki halte yang pada saat peluncurannya sangat menggemparkan. Membayar tiket dan duduk menunggu. Aku melihat sekeliling banyak coretan iseng tak berguna, pintu halte yang tak layak pakai, bus yang katanya banyak tetapi hampir setengah jam aku tunggu tak kunjung datang. Kata petugas bus sedang mengisi bahan bakar. Aku tersenyum sinis melihat kebodohan mereka. Yang membuat peraturan transjakarta mengisi BBG bersama-sama pada waktu penting seperti ini.

Bus yang ku tumpangi di hadang polisi. Kita tak di perbolehkan melewati jalan itu. Katanya ada petinggi yang akan lewat. Entah petinggi siapa, berjasa apa pada kami, makan uang siapa, tapi yang jelas 10 menit lagi ujian di mulai dan aku masih diam menunggu petinggi itu lewat. Sangat bodoh memang.

Teringat cerita seorang sarjana pendidikan yang bekerja sebagai tukang pos berkata padaku. 'Aku batal ikut test gara-gara di hari ujian terkena macet menunggu presiden lewat.' Aku tersenyum pasrah. Apa nasibku akan sama seperti dia dan lagi-lagi karena petinggi yang ingin selalu di-tinggikan.

Negeri ini memang kaya, namun banyak orang yang katanya pintar tapi tidak memakai otak dan nuraninya. Tak heran jika negeri sebrang mulai menjajah kita yang sudah merdeka ini.

4 komentar:

  1. eh ini beneran kejadian? atau cuman kiasan? O__o

    BalasHapus
  2. ayuuu, ini baguus..
    punya bakat nulis juga yah lo..
    terus berkarya yah kawaan :)

    BalasHapus