Lelaki paruh baya dengan sebatang rokok di tangannya duduk di pinggiran toko dengan tatapan kosong. Bajunya lusuh, keringat bercucuran, dahi berkerut, dan pikirannya yang kacau.
Dilihatnya ibu muda menuntun anaknya membawa boneka beruang
dengan pita merah jambu, manis sekali seperti boneka yang diingankan Rere.
Tiba-tiba ia ingat akan sosok gadis
kecil yang sering menciumnya di pagi hari, hangat.
Seperti mencium air
di tengah hutan, lelaki itu dengan semangat berlari. Ia telah menemukan sesuatu
yang sejak dua hari ia butuhkan. Pikirannya tertuju pada sebuah warung usang
milik haji ahong yang sejak kecil sering ia datangi, Haji ahong masih kerabat
dekat dengannya. Sebelum sampai di tempat tujuan, terlihat tiga laki-laki
bertubuh besar berjalan di depannya. Masing-masing dari mereka membawa senjata
api, tanpa pikir panjang salah satu dari mereka menembakkan senjata kearahnya.
Di balik keranjang sampah ia bersembunyi, berdoa agar ketiga
lelaki bersenjata tersebut tidak menyadari keberadaannya. Setelah terdengar
langkah kaki menjauh darinya ia melihat sekitar dan mulai berjalan pelan menuju
tujuannya yaitu warung haji ahong, masih dengan keringat dan baju lusuh.
Tak seperti yang ia bayangkan, haji ahong tidak menunjukkan
sikap bersahabat dengannya, rupanya sudah tidak ada lagi yang mau berurusan
dengan seorang narapidana yang kabur dari tahanan dan sedang menjadi buronan.
Lelaki itu keluar dengan kekecewaan yang luar biasa. Haji ahong adalah orang
ketujuh yang dikenal dekat dengannya, dari ketujuh orang tersebut tidak ada
satupun yang mengerti akan satu-satunya hal yang dia inginkan sebelum dijatuhi
hukuman.
Sebenarnya yang diinginkan lelaki itu saat ini hanyalah
mendapatkan 60 ribu rupiah, pergi ke toko boneka dan memberikan boneka beruang
berpita merah jambu untuk Rere, anak semata wayangnya yang selalu menunggu
kepulangan ayahnya yang menjanjikan hadiah. Iya, ayahnya sudah berjanji akan
memberikan hadiah terakhir untuk Rere sebelum nyawanya di renggut. Tiba-tiba suara tembakan menggelegar di ujung
jalan setapak menuju kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar